Dalam sesi ini kita akan membahas tentang konsep utama dari InaSAFE dan memahami ciri-ciri dari rencana manajemen penanggulangan bencana.
InaSAFE menggabungkan satu layer data keterpaparan (co: bangunan) dengan satu layer ancaman (co: kejadian banjir) kemudian akan menghasilkan layer dampak spasial dari bencana tersebut beserta dengan ringkasan informasi statistik dan beberapa pertanyaan untuk mengambil suatu tindakan. InaSAFE ditujukan untuk bisa menjawab beberapa pertanyaan seperti: ‘Dalam kejadian banjir di Jakarta pada tahun 2013, berapa banyak penduduk yang mungkin butuh untuk dievakusi.’
InaSAFE juga dapat menampilkan hasil dampak dengan batas administrasi dan menyediakan rincian informasi terkait dengan jenis kelamin dan usia dari penduduk terdampak.
Sebelum kita mulai, berikut adalah beberapa definisi yang mungkin akan berguna untuk Anda.
Kajian Risiko: |
“Sebuah metodologi untuk menentukan besaran risiko suatu bencana dengan menganalisa potensi ancaman dan melakukan evaluasi kondisi kerentanan di suatu wilayah yang berpotensi dapat membahayakan penduduk, harta benda, layanan, kehidupan dan lingkungan masyarakat di wilayah tersebut.” |
Rencana Kontinjensi: |
“Proses manajemen perencanaan yang menganalisa secara spesifik potensi terjadinya kejadian dan situasi bencana yang dapat membahayakan penduduk atau lingkungan sekitar serta dapat membuat suatu kebijakan dalam melakukan respon secara tepat dan efektif jika kejadian dan situasi bencana tersebut benar-benar terjadi.” |
Respon: |
“Aktifitas yang harus dilakukan berupa pelayanan untuk kondisi darurat dan layanan publik ketika atau tepat setelah terjadinya suatu bencana dalam rangka untuk menyelamatkan nyawa, meminimalisir dampak gangguan kesehatan, memastikan penduduk aman dan menyediakan kebutuhan dasar untuk penduduk yang terdampak.” |
Dalam konteks manajemen penanggulangan bencana, situasi ‘normal’ adalah kondisi dimana tidak terdapat potensi bencana akan terjadi, dan masyarakat menjalani kehidupan sehari-hari mereka dengan normal. Manajer penanggulangan bencana butuh untuk memiliki suatu rencana jika sewaktu-waktu kondisi ‘normal’ tersebut berubah menjadi kondisi bencana dan masyarakat menjadi terancam serta tidak dapat menjalani kehidupan sehari-hari mereka dengan normal. Dalam rangka mempersiapkan situasi seperti itu, manajer penanggulangan bencana perlu untuk memiliki pengertian mendasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
berapa banyak jumlah orang yang berada di area terdampak?
bagaimana dampak yang dapat ditimbulkan untuk masyarakat?
Sebagai contoh apakah penduduk akan terluka, hilang, meninggal dunia, atau tidak dapat menjalankan aktifitas ekonomi mereka; apakah mereka kehilangan akses untuk mendapatkan makanan dan air?
bagaimana dampak terhadap jalan-jalan yang berada di area terdampak?
berapa banyak rumah penduduk yang terdampak? seberapa parah tingkat kerusakannya?
Sebagai contoh di suatu kejadian banjir apakah bangunan-bangunan tersebut kering, basah (tapi masih dapat ditempati) atau kebanjiran (dengan penghuni harus dievakuasi)?
jika penduduk terdampak, berapa banyak dari mereka yang merupakan wanita, anak-anak, wanita hamil, orang tua, dsb.?
Mengetahui jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut akan sangat membantu untuk manajer penanggulangan bencana. Sebagai contoh jika anda mengetahui berapa banyak penduduk yang tinggal di wilayah rawan banjir maka anda dapat mengestismasi berapa banyak pos-pos evakuasi yang butuh disediakan jika banjir terjadi di wilayah tersebut, berapa banyak persediaan yang sebaiknya disediakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dari penduduk yang terdampak dan seterusnya. Memiliki rincian demografis dari penduduk yang mungkin akan terdampak, akan membantu manajer penanggulangan bencana untuk memasukkan hal-hal khusus seperti kebutuhan untuk ibu menyusui dalam rencana penanggulangan bencana yang mereka miliki.
Rencana penanggulangan bencana ini juga dapat memasukkan beberapa kebutuhan untuk fasilitas infrastruktur yang terdampak - sebagai contoh dengan memasukan jumlah perahu karet yang dibutuhkan jika jalan-jalan lokal yang ada terdampak banjir.
Dalam konteks InaSAFE sebuah ancaman merupakan kejadian yang disebabkan oleh alam ataupun manusia atau sebuah rangkaian kejadian yang memiliki dampak negatif untuk penduduk, infrastruktur ataupun sumber daya di suatu wilayah.
Beberapa contoh dari ancaman alam:
banjir (disebabkan oleh luapan sungai, hujan/badai, aliran air yang tidak diresap/dialirkan secara sempurna, atau kegagalan teknis seperti bendungan atau tanggul yang retak)
gempa bumi yang menyebabkan getaran di dalam dan permukaan tanah.
letusan gunung berapi dan ancaman lain yang dibawanya (aliran lava, abu vulkanik, lahar, aliran piroklastik)
tsunami
Beberapa contoh dari ancaman non-alam:
tumpahan bahan kimia
kegagalan pembangunan teknologi nuklir
ledakan / kebakaran pabrik atau kawasan industri
Sangat penting untuk diingat bahwa InaSAFE bukan alat utuk membuat suatu model ancaman. Artinya, Anda harus memiliki data ancaman yang dapat Anda dapatkan dari tempat lain dan setelah itu dapat digunakan di InaSAFE. Dalam panduan pelatihan ini kita akan fokus dalam ancaman alam, jadi sekarang kami akan menjelaskan bagaimana sebuah dataset ancaman dibuat.
Ada tiga cara utama yang dapat digunakan untuk membuat dataset ancaman:
Pengetahuan Lokal
Pemodelan
Pemetaan
Ini mungkin merupakan cara paling praktis untuk mendapatkan data ancaman secara cepat. Satu kajian yang telah terbukti efektif dilakukan di Indonesia adalah melakukan lokakarya pemetaan dimana melibatkan perwakilan desa seperti kepala desa dan aparat pemerintahan lokal terkait. Aparat pemerintahan lokal kemudian akan diminta untuk menjelaskan wilayah mana saja di desa mereka yang sering terkena banjir.
Disamping memetakan area mana saja yang terkena banjir, dimungkinkan pula menggunakan pendekatan lain dan memetakan setiap kejadian banjir yang pernah terjadi menggunakan batas administrasi yang sama (desa/RW). Selama kegiatan tersebut, aparat pemerintah lokal dapat menggunakan sistem online untuk memperbaharui kondisi banjir di area mereka.
Syarat kunci untuk proses yang berbasiskan pengetahuan lokal adalah tedapat unit pemetaan yang sesuai yang tersedia untuk digunakan dalam menentukan apakah suatu wilayah merupakan rawan banjir atau tidak. Dalam beberapa kasus, peserta mungkin butuh untuk melihat hal tersebut, dalam kasus yang lain penggunaan batas administrasi desa atau RW juga dimungkinkan. Menggunakan batas administrasi mungkin tidak dapat selalu menjadi ide yang baik karena luasan banjir biasanya tidak selalu sama dengan batas administrasi, akan tetapi mungkin akan cocok untuk tujuan jangka panjang; khususnya ketika respon tanggap bencana diaktifkan dan dikelola di tingkat administrasi yang sama.
Pemodelan banjir adalah seluruh disiplin ilmu dalam banjir itu sendiri. Pemodelan banjir dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa faktor seperti curah hujan, geologi dan karakteristik limpasan, kondisi medan dll untuk mendapatkan model banjir yang akan datang atau banjir saat ini. Pemodelan ini dapat menggunakan teknik interpolasi Data - contohnya dengan mengambil kedalaman banjir secara manual atau menggunakan telemetri dari berbagai tempat di sekitar wilayah rawan banjir, kedalaman banjir dapat diinterpolasi untuk memperkirakan kedalaman di tempat-tempat yang belum diberikan sampel.
Metode pemodelan lain yang digunakan oleh para peneliti adalah menginstal sensor kedalaman permukaan dari area tangkapan dan mencoba memodelkan berapa banyak air yang akan masuk ke area tangkapan tersebut berdasarkan kedalaman dan kecepatan aliran air. Metode ini memiliki keuntungan karena dapat memberikan peringatan awal sebelum banjir memasuki wilayah rawan bencana, walaupun metode ini juga memiliki kekurangan yaitu perhitungan model ini akan menjadi kurang akurat apabila yang dihitung adalah curah hujan lokal.
Menggunakan model ketinggian dijital (DEM) dan jaringan sungai, juga dapat menjadi salah satu cara untuk membuat model banjir sederhana dimana suatu area dapat tergenang akibat dari kenaikan air di salah satu jaringan sungai. Sel DEM yang bertampalan dengan jaringan sungai dan berada di bawah ambang batas kenaikan banjir akan dianggap terdampak banjir begitu juga sel-sel yang berada di sekitarnya sehingga hanya DEM yang berada di area itu saja yang ditandai sebagai area terdampak. Terdapat beberapa macam pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat model potensi banjir menggunakan DEM.
Salah satu keuntungan menggunakan metode pemodelan adalah dapat memungkinkan kita untuk membuat model untuk kejadian bencana yang jarang terjadi. Sebagai contoh, mungkin kejadian banjir yang terjadi setiap 50 hingga 100 tahun sekali tidak dapat diukur menggunakan pengetahuan lokal, akan tetapi dengan menggunakan teknik pemodelan hal ini dapat dilakukan.
Data ancaman yang digunakan dalam InaSAFE dapat mewakili kejadian-tunggal ataupun kejadian-majemuk. Ancaman kejadian tunggal berguna ketika Anda ingin menghitung skenario seperti ‘berapa banyak penduduk yang dapat terdampak jika terjadi banjir seperti di tahun 2013’. Suatu ancaman kejadian tunggal terjadi dalam kurun waktu yang cepat dan spesifik- seperti kejadian banjir tunggal ataupun kejadian gempa bumi. Data kejadian tunggal juga cocok digunakan dalam kejadian bencana seperti gempa bumi dimana akan sangat jarang terjadi suatu gempa bumi di tempat dan waktu yang sama dengan intensitas yang sama untuk kedua kalinya.
Data kejadian-majemuk berguna ketika anda ingin membuat suatu rencana untuk bencana yang terjadi secara terus-menerus di area yang sama. Sebagai contoh lebih dari 10 tahun, suatu kabupaten atau kecamatan hampir selalu terkena banjir, walaupun tidak dalam setiap kejadian. Banjir dan letusan gunung berapi merupakan contoh yang baik untuk mewakili data kejadian-majemuk dalam rencana manajemen penanggulangan bencana anda.
Persyaratan untuk menggunakan data banjir di InaSAFE
Catatan penting untuk banjir |
|
---|---|
Format | Data vektor poligon atau data raster |
Vektor |
Sebuah area menunjukkan apakah poligon tersebut merupakan area terdampak banjir atau tidak. |
Raster | Sebuah kotak yang memiliki nilai piksel yang menunjukan ketinggian air |
Sumber |
Dapat didapatkan dari komunitas pemetaan atau Badan Informasi Geospasial |
Dalam konteks InaSAFE, keterpaparan merujuk kepada penduduk, infrastruktur atau area penggunaan lahan yang mungkin terdampak akibat dari kejadian suatu bencana. Saat ini InaSAFE telah dapat mendukung 4 jenis data keterpaparan:
jalan
bangunan
populasi / penduduk
tutupan lahan
dataset jalan merupakan sumber data yang sangat berguna ketika anda ingin melihat dampak suatu kejadian banjir terhadap infrastruktur jalan. Dengan fungsi dampak banjir terhadap jalan di InaSAFE; anda dapat menghitung jalan mana saja dan tipe jalan apa yang terdampak banjir.
Seringkali terdapat dataset nasional untuk jalan yang tersedia. Dalam hal ini anda harus menghubungi Badan Informasi Geospasial untuk memeriksa dan memperbaharui dataset tersebut. Proyek OpenStreetMap merupakan salah satu sumber data keterpaparan yang sangat baik. Data yang ada tersedia secara gratis, secara umum mudah untuk dikelola, dan merupakan sumber penting untuk rencana penanggulangan bencana. Terdapat beberapa cara untuk men-download data OpenStreetMap seperti jalan, tetapi kami merekomendasikan untuk menggunakan alat Download OSM yang telah disediakan di InaSAFE.
Catatan penting untuk data jalan |
|
---|---|
Format | Data vektor garis |
Field | Sebuah field yang menunjukkan jenis jalan |
Catatan |
Koreksi topologi data itu bagus tetapi tidak esensial |
Sumber |
Dapat didapatkan dari komunitas pemetaan atau Badan Informasi Geospasial |
Seperti jalan, bangunan juga merupakan dataset yang sangat berguna untuk memahami dampak dari kejadian banjir. Sebagai contoh, Anda mungkin ingin mengetahui ‘berapa banyak bangunan yang mungkin terdampak banjir dan jenis bangunan apa saja?’. Dengan InaSAFE anda tidak perlu untuk menggunakan teknik kualitas data. Kami sangat memperhatikan jumlah serta jenis struktur bagunan terdampak dari suatu bencana dan tidak menggunakan teknik toleransi, sebagai contoh, merencanakan membuat sistem saluran air baru.
Catatan penting untuk data bangunan |
|
---|---|
Format | Data vektor poligon |
Field | Field yang menunjukkan jenis bangunan |
Catatan |
InaSAFE tidak membutuhkan data dengan ‘kualitas teknik’ |
Sumber |
Dapat didapatkan dari komunitas pemetaan atau Badan Informasi Geospasial |
Data populasi sering didapatkan dari badan sensus atau melalui sumber data secara online. Satu masalah yang sering didapat dengan data populasi adalah nilai data yang dimiliki kasar (diwakili oleh data raster dengn ukuran piksel yang besar) sehingga analisis menggunakan skala besar ( contohnya wilayah administrasi RT) untuk data populasi bukan menjadi hal yang baik. Saat ini InaSAFE hanya mendukung data raster berdasarkan data sensus, akan tetapi di masa yang akan datang kami akan mengeluarkan versi terbaru yang sudah mendukung perkiraan populasi untuk bangunan menggunakan data sensus. Salah satu sumber data populasi yang bagus dapat anda dapatkan di ‘WorldPop’ - sebuah proyek yang menyediakan data populasi seluruh dunia dan diproduksi secara global serta distandarisasi secara cermat.
Catatan penting untuk data populasi |
|
---|---|
Format | ‘Sel’ data raster |
Persyaratan |
Saat ini data harus sudah memiliki sistem referensi koordinat EPSG:4326 |
Catatan |
Pastikan anda mengetahui bahwa data populasi anda menunjukkan kepadatan atau jumlah penduduk |
Sumber |
Dapat diperoleh dari Badan Informasi Geospasial |
Data tutupan lahan dapat diperoleh dari Badan Informasi Geospasial atau melalui berbagai sumber data yang dapat anda temukan di internet. Data tutupan lahan akan sangat berguna jika anda ingin menghitung dampak dari suatu kejadian bencana seperti letusan gunung berapi pada ladang ataupun sawah.
Catatan penting untuk data tutupan lahan |
|
---|---|
Format | Data vektor poligon |
Field | Field yang menunjukkan jenis tutupan lahan |
Catatan |
Koreksi topologi data itu bagus tetapi tidak esensial |
Sumber |
Badan Informasi Geospasial |
Tempat data dapat diperoleh dari Badan Informasi Geospasial atau melalui berbagai sumber data online. Tempat data berguna jika anda ingin menilai dampak dari kejadian ancaman seperti kejadian abu vulkanik.
Catatan kunci untuk data tempat |
|
---|---|
Format | Data titik vektor |
Field | Sebuah field mewakili nama tempat |
Catatan |
Terdapat field yang mewakili nama tempat |
Sumber |
Badan Informasi Geospasial |
Agregasi adalah proses dimana kita mengelompokkan hasil analisis berdasarkan batas administrasi seperti kabupaten sehingga Anda dapat mengetahui berapa banyak penduduk, jalan atau bangunan yang terkena dampak di masing-masing wilayah adminitrasi. Hal ini akan membantu Anda untuk memahami dimana area yang paling membutuhkan bantuan , dan untuk menghasilkan laporan seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah. Agregasi merupakan pilihan yang terdapat di InaSAFE - Jika Anda tidak ingin menggunakan agregasi, maka hasil dampak anda akan ditunjukkan sebesar area analisis. Layer aggregasi di InaSAFE memiliki nama masing-masing wilayah administrasi di area analisis. Selain itu, dimungkinkan juga memasukkan atribut lain seperti untuk menunjukkan rasio laki-laki dan perempuan ; remaja , dewasa dan orang tua di masing-masing wilayah administrasi. Ketika aggregasi ini digunakan beserta dengan layer keterpaparan penduduk, InaSAFE akan memberikan rincian demografis per area agregasi yang menunjukkan berapa banyak pria, wanita dll yang mungkin terkena dampak di daerah itu.
Data kontekstual adalah data yang menyediakan gambaran dan skala menyeluruh dari suatu lokasi untuk membantu kita melihat hasil dari analisis dengan lebih baik, akan tetapi tidak digunakan sebagai data utama dalam membuat analisis. Sebagai contoh, Anda mungkin butuh untuk memasukkan peta online untukmenunjukkan kondisi topografi area analisis anda, atau sebuah citra satelit untuk menunjukkan bangunan serta infrastruktur apa saja yang ada di area tersebut.
Citra satelit Bing untuk Jakarta, berasal dari Open Layers Bing Maps
Data vektor dapat dikatakan sebagai jenis data yang paling umum yang akan Anda temukan dalam penggunaan SIG sehari-hari. Data Ini menggambarkan data geografis dalam bentuk poin, yang dapat dihubungkan menjadi garis dan poligon. Setiap objek dalam dataset vektor disebut fitur, dan berhubungan dengan data yang menggambarkan fitur tersebut. Bentuk utama dari objek data vektor ditunjukkan dengan bentuk dua dimensi dan memiliki sistem koordinat / kartesius (x,y).
Data raster berbeda dengan data vektor. Jika data vektor memiliki bentuk yang tersusun dari titik dan simpul yang saling terhubung satu sama lain sehingga dapat menghasilkan bentuk garis dan/atau area; data raster, lebih mirip sebuah foto. Walaupun data raster ini menangkap berbagai macam bentuk informasi objek di dunia nyata, informasi tersebut tidak terpisah satu dengan yang lain; bahkan, informasi atribut tersebut direpresentasikan dengan piksel atau sel yang memiliki nilai angka yang berbeda-beda. Nilai ini dapat merupakan nilai nyata dan menunjukkan karakteristik geografi yang berbeda, seperti kedalaman air atau jumlah dari abu vulkanik; atau mereka bisa berupa kode yang menunjukkan jenis penggunaan lahan atau tingkatan ancaman.
Catatan
Membuat data vektor seperti menggunakan sebuah pulpen, dimana Anda dapat menggambar sebuah titik, garis atau poligon. Data raster seperti mengambil sebuah gambar dengan kamera, dimana setiap kotak memiliki nilai, dan semua kotak (pixel) tergabung menjadi sebuah gambar.
Baik data vektor maupun raster dapat digunakan dalam InaSAFE. Sebagai contoh, kita menggunakan data vektor untuk ancaman banjir serta jalan dan bangunan; tetapi kita menggunakan data raster untuk model ancaman seperti kedalaman banjir, genangan tsunami dan keterpaparan populasi.
Dalam InaSAFE kita membedakan antara data mana yang merupakan data kontinyu dan mana yang merupakan data terklasifikasi. Ketentuan tersebut juga dapat digunakan baik untuk data ancaman dan data keterpaparan. Data Kontinyu mewakilkan sebuah fenomena yang bervasiasi secara terus menerus seperti kedalaman air dalam meter, jumlah penduduk dan seterusnya.
Data kontinyu populasi - berasal dari WorldPop
Data terklasifikasi menunjukkan kelompok dari sebuah nilai, sebagai contoh ancaman tinggi, medium, dan rendah. Mengelompokkan nilai akan membantu ketika anda ingin menyederhanakan data atau ketika memiliki banyak variasi nilai dalam melakukan intrepetasi data. Sebagai contoh, kedalaman banjir sebesar 50 cm mungkin akan dianggap area ancaman tinggi pada area yang penduduknya memiliki rumah sejajar dengan permukaan tanah, tetapi dianggap area ancaman rendah pada area yang penduduknya memiliki rumah panggung / tinggi.
Data Raster Banjir Terklasifikasi - sumber BNPB/Pemerintah Australia
Di InaSAFE Anda butuh untuk secara eksplisit menjelaskan seberapa besar luas area analisis Anda. Dengan kata lain, Anda butuh memberitahukan InaSAFE dimana area analisis yang anda inginkan. Terdapat sebuah alat di InaSAFE yang akan membantu anda membuat sebuah kotak untuk menentukan area analisis Anda - Anda sebaiknya mengecek apakah area analisis Anda sudah sesuai sebelum memulai analisis.
InaSAFE akan menunjukkan batas dan luasan area analisis anda saat ini (garis biru di dalam kotak hijau), batas dan luasan area analisis anda sebelumnya (kotak merah pada gambar di atas) serta batas dan luasan area analisis yang efektif untuk anda (kotak hijau pada gambar di atas). Area analisis yang efektif mungkin tidak akan terlalu sesuai dengan area analisis yang anda inginkan karena InaSAFE selalu mensejajarkan luasan area analisis dengan luas dari piksel data raster.
Fungsi Dampak (biasa disingkat dengan IF) adalah kode perangkat lunak di InaSAFE yang mengimplementasikan algoritma tertentu untuk menentukan dampak dari suatu ancaman terhadap data keterpaparan tertentu. Menjalankan fungsi dampak dapat dilakukan jika Anda telah memasukkan semua data yang ingin anda analisis, menentukan area analisis anda dan melihat bentuk hasil dari dampak analisa.
Tetapi, perlu diingat bahwa Fungsi Dampak itu tidak membuat model ancaman - dia hanya memodelkan dampak dari satu atau lebih kejadian ancaman untuk sebuah layer keterpaparan. InaSAFE mengelompokkan fungsi dampak berdasarkan jenis ancaman yang dikerjakan:
Setiap Fungsi Dampak akan menghasilkan keluaran yang mungkin termasuk - layer peta dampak - laporan analisis dampak - kebutuhan minimum - daftar tindakan
Layer dampak adalah dataset GIS baru yang dihasilkan sebagai hasil perhitungan analisis fungsi dampak. Ini biasanya merepresentasikan layer paparan. Contoh, jika anda menjalankan analisis banjir terhadap bangunan, layer dampak akan menghasilkan layer bangunan tetapi tiap bangunan akan terklasifikasikan sesuai dengan kondisi bangunan apakah bangunan tersebut kering, tergenang atau terendam. InaSAFE akan mengaplikasikan simbologi mereka kedalam keluaran layer dampak untuk memberi informasi dimana bangunan terdampak. Seperti contoh dibawah ini.
Harap diingat bahwa layer dampak hanya akan berisikan fitur/sel yang muncul dalam area analisis. Lainnya akan dipotong. Sangatlah penting untuk mengingat ini ketika ingin mengintrepetasi legenda peta dan laporan analisis dampak (lihat bagian dibawah) karena mereka hanya relevan dalam area analisis. Layer analisis dampak ini tidak tersimpan otomatis dikomputer anda. Jika anda ingin menyimpan data spasial ini, anda harus melakukan sendiri.
Jika layer dampak merepresentasikan data spasial, maka laporan analisis dampak merupakan data tabel dan teks. Laporan analisis dampak ini menyediakan sebuah tabel (atau beberapa tabel) dan informasi teks lain dengan jumlah bangunan, jalan, atau penduduk terdampak, dan juga informasi tambahan lain seperti penjabaran kebutuhan minimum, daftar tindakan, dan rangkuman. Laporan analisis dampak menyediakan hasil fungsi dampak menjadi kedalam format yang lebih mudah dibaca. Ekspetasi kami adalah angka yang muncul disini bisa menjadi bagian masukan ke proses perencanaan managemen respon bencana - terutama untuk bahan diskusi dan perencanaan bagaimana mendapatkan sumber daya yang cukup untuk membantu orang yang terdampak, bangunan, atau jalan dalam skenario kejadian yang sejenis dengan skenario kejadian yang biasa muncul. Contoh fungsi dampak seperti dibawah ini.
Contoh tabel analisis dampak menunjukkan penjabaran dari bangunan terdampak banjir.
Kebutuhan minimum adalah laporan spesifik untuk analisis yang terkait dengan kependudukan. Laporan ini berdasarkan peraturan umum atau daerah dan menjelaskan kebutuhan makanan perhari dan kebutuhan untuk setiap individu yang diungsikan ketika terjadi bencana. Sebagai contoh anda bisa menentukan bahwa setiap orang harus mendapatkan 20l air minum tiap hari, 50l air bersih dan sebaganya. InaSAFE akan menghitung angka ini untuk memberikan sebuah estimasi dari kebutuhan total untuk penduduk yang mengungsi.
Daftar tindakan merupakan daftar pertanyaan yang dihasilkan untuk manager bencana dan bisa dijadikan pertimbangan ketika ingin mengimplementasikan manajemen bencana mereka. Saat ini daftar tindakan yang ada sangatlah simple - ditujukan untuk memunculkan diskusi dan menstimulasi manager bencana untuk berpikir tentang pentingnya rencana kontijensi.